A. Pendahuluan
Bagi umat Muslim, bahkan non muslim, sudah tidak asing lagi dengan
surat Al-Fatihah. Surat Al Fatihah yang juga sering kita dengar dengan Ummulkitaab juga sering dibaca ketika ada acara yang berbau keagamaan. Caranya
pun berbeza-beza. Biasanya ketika akan memulakan sesuatu acara, agar
mendapat berkah, pembukaan akan dibacakan surat Al Fatihah, berharap
mendapat berkah dari membaca ayat tersebut. Dalam dunia pendidikan pondok,
sebelum memulai mengaji kitab baru yang akan dipelajari, seorang
Ustaz yang mengajarkannya akan mengirimkan Al Fatihah untuk pengarang
kitab. Tapi yang menjadi perdebatan, bagaimanakah hukum mengirim Al
Fatihah untuk orang yang sudah meninggal? Apakah diperbolehkan dalam
Islam? Namun, sebelum membahasnya, kurang Afdhal kalau sebelumnya kami
akan mencoba sedikit membahas tentang dimana surat Al fatihah turun dan
keutamaan dari ayat itu sendiri (Al Fatihah).
Tempat diturunkannya Surat Al Fatihah
Terdapat tiga pendapat dari para Ulama, iaitu:
- Surat Al Fatihah diturunkan di Mekah. Ats- Tsa’labiy meriwayatkan dari Aliy bin Abi Thaalib Radhiya Allahu ‘Anhu, beliau
(Aliy bin Abi Thaalib) berkata: Faatihatu Al kitaab diturunkan di dalam
mekah. Ats-Tsa’labiy berkata: kebanyakan Ulama berpendapat seperti itu
(turun di mekah).
- Surat Al Fatihah diturunkan di Madinah. Ini berdasarkan riwayat Ats-Tsa’labiy dengan isnadnya dari mujaahid, sesungguhnya beliau (Mujahiid) berkata: Faatihatu Al Kitab diturunkan di dalam Madinah.
- Sebagian Ulama mengatakan bahwa Surat Al
Fatihah diturunkan di mekah dan juga di madinah. Oleh sebab itu Allah
menamainya dengan Al-Mutsaana.
Keutamaan Al-Fatihah
Banyak sekali keutamaan atau fadhilah dari
Al Fatihah, malah Shalat tanpa membaca Al Fatihah tidak akan diterima
Shalatnya. Keutamaannya antara lain adalah Surat Al Fatihah obat dari
racun. Diriwayatkan dari Abiy Sa’id Al-Khudriy, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, sesungguhnya beliau bersabda: “Faatihatu Al Kitab itu obat dari racun.”
Diriwayatkan dari Al-Husain, beliau
berkata: “Allah Subhaana Wa Ta’aala menurunkan seratus empat kitab dari
langit, kemudian Allah Subhaana Wa Ta’aala meletakkan ilmu dari seratus
(kitab) di dalam empat kitab. Empat kitab tersebut adalah: Taurat dan
Injil dan zabuur dan Al-Furqoon, kemudian Allah Subhaana Wa Ta’Aala
meletakkan ilmu-ilmu Al-Furqoon di dalam Al-Mufasshal, kemudian Allah
Subhaana Wa Ta’Aala meletakkan ilmu-ilmu Al-Mufasshal dalam Al Fatihah.
Maka, barang siapa mengetahui Tafsir dari Alfatihah, maka orang tersebut
seperti orang yang mengetahui tafsir seluruh kitab-kitab Allah Subhaana
Wa Ta’Aala yang telah diturunkan. Barang siapa membacanya (Surat Al
Fatihah), maka seakan-akan ia telah membaca kitab taurat dan injil dan
zabuur dan Al-Furqoon.
B. Hukum Mengirim Al Fatihah untuk Orang yang sudah Meninggal
Imam Asy-Syafi’i melarang menghadiahkan (mengirimkan) bacaan
Al-Qur’an kepada mayat dan itu tidak sampai. Imam An-Nawawi berkata:
“Adapun membaca Al Fatihah, maka pendapat yang masyhur dari madzhab
Syafi’iyyah sesungguhnya pahala membaca Al quran tidak sampai kepada
mayat. Berkata sebagian Ulama’ Syafi’iyyah: Pahala membaca Alquran boleh
sampai pada mayat.”
Salah satu Ulama’ Syafi’iyyah yang mengatakan bacaan Al quran tidak
sampai kepada mayat adalah Ibnu Katsir. Saat menafsiri surat An-Najm
ayat 39, beliau berkata: “Dan dari ini ayat yang mulia, Imam Asy-Syafi’i
Radhiyallahu Anhu menggali hukum dan Ulama’ yang mengikuti beliau,
Sesungguhnya membaca Al-quran tidaklah sampai menghadiahkan pahalanya
kepada mayat, karena sesungguhnya itu bukan amal mereka (mayat) dan
bukan pekerjaan mereka.”
C. Penutup
Demikianlah sedikit pembahasan tentang hukum mengirim Al Fatihah
untuk orang yang sudah meninggal, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Rujukan:
- At-Tafsir Al-Kubra aw Mafaatiyhulghaib lil Imam Fakhruddin Muhammad
bin Umar bin Al-Hasan bin Al-Husain bin Ali At-Taimi Al-Bukri Ar-Razi
Asy-Syafi’i
- Tafsir Ibnu Katsir
- Syarah Shahih Muslim Sumber:http://hukum-islam.net